Kamis, 06 September 2012

Pergilah

"Kenangan hanya untuk dikenang, bukan untuk diulangi," ucapku dingin pada perempuan dihadapanku. Perempuan yang dulu begitu kucintai dan kusayangi. Ucapannya tadi membuat sebagian hatiku senang, namun juga sedih dan bertanya-tanya benarkah hal itu yang dirasakannya saat ini.

"Aku masih sayang kamu. Aku tahu kamu masih kecewa denganku, tapi sejujurnya aku masih mencintai kamu juga.," ucap Hani kepadaku.

Terbayang kembali olehku tentang kejadian beberapa bulan yang lalu. Pengkhianatan yang dilakukannya masih sangat membekas diingatanku. Bagaimana aku melihat Hani sedang berciuman dengan lelaki lain. Hatiku pedih, saat membayangkan peristiwa itu kembali.

"Pergilah, tak ada lagi yang terisisa untukmu. Cintaku padamu sudah tak ada," ucapku berbohong. Di dalam hati aku menanggung getir yang kurasakan.

Maafkan Aku Bila Kau Terluka

Kamu boleh menyebutku jahat. Menyebutku lelaki yang tak berperasaan. Namun percayalah bahwa perpisahan ini adalah yang terbaik bagi kita, bagi hatimu dan hatiku.

Ketika cinta tak lagi terasa, maka hanya ada luka yang tertuai. Aku tak mengatakan bahwa aku tak lagi mencintaimu, hanya saja cinta itu tak lagi sama. Sebab aku masih mencintaimu, aku tak ingin cintaku ini melukaimu; melukai harapanmu yang tak lagi sama dengan harapanku.

"Aku tak memintamu untuk memaafkanku." Suaraku terdengar samar dengan rintikan hujan. Kubelai lembut rambutmu yang sudah basah. "Hanya saja, aku pikir ini waktu yang tepat untuk kita berpisah." Kubelai pelan wajahnya yang sudah sembab oleh hujan yang mengalir dari kedua bola matanya.

Sore ini, aku menjadi lelaki terjahat yang membiarkan airmata menghujani wajah seorang wanita. "Maafkan aku bila ini melukai hatimu," ucapku berbisik seraya meninggalkan kekasihku. Aku mengigit bibir bawahku, menahan getir yang timbul di sana.

Rabu, 29 Agustus 2012

Belajar Bahasa Indonesia: Penggunaan Awalan 'Pe-''

Salam takzim, berikut adalah tweet tentang belajar Bahasa Indonesia, yaitu penggunaan awalan 'pe-' yang materinya disampaikan oleh Om Khrisna Pabichara (@1bichara) melalui akun twitternya pada hari Selasa 28  Agustus 2012.

1. Awalan pe- mempunyai enam macam bentuk, yaitu pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. 

2. Pe- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan l, r, w, y, m, n, ng, dan ny. 

3. Contoh: pelari (kata dasar: lari), perasa (rasa), pewarta (warta), pemarah (marah), penyanyi (nyanyi), dll. 


4. Pem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b dan p. Konsonan b tetap utuh, sementara p diluluhkan.

5. Contoh awalan pem-: pembaca (kata dasar baca), pembohong (bohong), pemeran (peran), pemantau (pantau), dll.

6. Pen- digunakan pada kata-kata yang diawali konsonan d dan t. Konsonan d tetap utuh, sementara t diluluhkan. 

7. Contoh awalan pen-: pendongeng (kata dasar dongeng), pendusta (dusta), penarik (tarik), penangkal (tangkal), dll.

8. Pen- juga digunakan pada kata-kata yang diawali konsonan c dan j. Contoh: pencuri (curi), penjudi (judi), dll. 

9. Peny- digunakan pada kata-kata yang diawali dengan konsonan s. Penulisan konsonan s diluluhkan menjadi ny. 

10. Contoh awalan peny-: penyerang (serang), penyiram (siram), penyiar (siar), penyandang (sandang), dll. 

11. Peng- digunakan oada jata-kata yang diawali konsonan k, kh, dan h, serta vokal a, i, u, e, dan o. 

12. Contoh awalan peng-: pengirim (kirim), pengkhayal (khayal), penghitung (hitung), penggalang (galang), dll. 

13. Penge- hanya digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu, seperti pengetik (tik), pengelas (las), dll. 

14. Catatan: konsonan k, p, s, dan t dengan konsonan ganda tidak diluluhkan. Contoh: pengkritik, pemprogram, dll. 

15. Catatan: Konsonan t ada yang diluluhkan, ada pula yang tidak diluluhkan. Misalnya: petembak dan penembak. 

16. Penembak bermakna orang yang menembak, sedangkan petembak bisa dimaknai atlet tembak. 

17. Contoh lain tinju, turunannya peninju dan petinju. Petinju = orang yang bertinju, peninju = orang yang meninju. 

18. Pertalian makna kata peninju berkaitan dengan kata meninju, sementara petinju berkaitan dengan bertinju. 

19. Mengapa tidak ada penani? Pertalian petani adalah bertani-petani-pertanian, sementara tak ada kata menani. 

20. Untuk mendapatkan makna 'orang yang melakukan atau berbuat', awalan pe- diimbuhkan pada kata kerja. 

21. Contoh: penonton sudah tak sabar menunggu pertandingan dimulai. Penonton > orang yang menonton. 

22. Untuk mendapatkan makna 'orang yang pekerjaannya', awalan pe- diimbuhkan pada kata kerja. 

23. Contoh: penulis (orang yang pekerjaannya menulis), pelaut (orang yang pekerjaannya melaut), dll. 

24. Untuk mendapatkan makna 'orang yang gemar, suka, atau kerap', pe- diimbuhkan pada kata kerja. 

25. Contoh: pembohong (orang yang gemar, suka, atau sering berbohong), dll. 

Inilah 25 rangkaian tweet dari Om @1bichara mengenai #bahasaIndonesia: penggunaan awalan pe-.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kawan-kawan semua.
Salam Takzim.



Sendiri Tak Selamanya Ganjil


Berdua kita saling melengkapi dan sendiri kita bukan siapa-siapa. Aku masih ingat dengan jelas kata-kata itu. Seperti baru terucap kemarin di telingaku, dan terngiang jelas di dalamnya. Andai saja kau tahu, kata-kata itu tak hanya sekedar janji bagiku. Seperti mantra, ucapanmu itu yang menguatkanku.

Aku duduk bersandar di beranda. Tanganku memeluk erat buku gambarku. Seolah tak mau lepas dan kehilangan. Cukuplah dirimu yang menghilang, tapi tidak dengan kenangan-kenangan di antara kita. Aku tak rela.

Kehilangan satu lebih baik daripada kehilangan semuanya. Setiap orang berkata seperti itu kepada diriku. Mungkin memang benar menurut mereka. Setidaknya menurut mereka, lebih baik masih ada yg tersisa daripada hilang sama sekali.

Aku mendesah pelan. Kehilangan selalu tidak menyenangkan. Sedikit ataupun banyak, tetap saja akan meninggalkan sebuah celah di ingatan. Ada sesuatu yang tak lagi sama. Bersamamu aku kuat, walau tanpamu aku masih dapat bernafas dan beraktifitas. Namun ada yang tak lagi sama. Tanpamu seperti ada yang berbeda denganku. Gerak jemariku tak lagi liat menggoreskan kuas. Garis-garis yang kubentuk terlihat enggan untuk menyatu dengan apa yang kuinginkan.

“Ya, hallo,” ucapku mejawab panggilan telepon. “Ya, sebentar lagi aku akan bersiap,” ucapku menutup pembicaraan. Segera aku berajak dari beranda dan bersiap diri. Merapikan diri agar terlihat semenarik mungkin.

Sudah lama aku tidak berias diri sesungguh ini. Hanya dulu saat bersamamu, dan kini pun juga. Dihadapanmu, aku ingin terlihat dalam penampilan terbaikku.

“Raya... sudah siap?” ucap Nura yang sudah berada di balik pintu. Tetangga kostanku ini ternyata sudah siap pergi.

“Yap, sudah,” kataku setelah selesai memakai lipgloss di bibirku. “Kita berangkat sekarang?” tanyaku.

Nura memandangi penampilanku dari atas ke bawah. Lalu senyum merekah di bibirnya. “Bagus,” ucapnya memberikan penilaian.

Sesaat sebelum pergi, kuambil buku gambarku. Kudekap erat benda itu dan ikut membawanya ke acara yang akan kudatangi dengan Nura, sahabatku sejak kuliah hingga kini kita sudah bekerja.

Suasana pernikahan selalu meriah. Aura kebahagiaan menguar dan memenuhi udara di dalam ruangan ini. Di depa pelaminan berdiri sepasang mempelai yang tentunya sangat bahagia. Melihat mereka, aku ikut merasakan bahagia yang sama-entah bahagia sebenarnya atau hanya bahagia bawaan saja.

“Kita ke sana sekarang, Ya?” Nura bertanya kepadaku yang sedang asik melihat ke arah pelaminan.

“Ya,” jawabku tegas. Kugenggam erat buku gambar ditanganku. Ada getar tersembunyi yang merambat di sana. Sebentar lagi, ucapku membatin.

“Rega selamat ya, semoga kalian bahagia.” Aku mengucapkan doa kepada sahabatku Rega dan istrinya, Windri. Raut wajah mereka terlihat bahagia. Sepertinya Windri memang perempuan yang cocok untuk Rega. Kuurungkan niatku untuk memberikan buku gambarku kepada Rega.

“Hey, kamu bawa apa?” tanya Rega saat melihat tanganku yang seperti mengrnbunyikan sesuatu.

Kuperlihatkan buku gambar itu kepadanya. “Buku gambar kesayanganku,” ucapku seraya tersenyum.

“Kamu masih tetap menggambar dan melukis?” tanya Rega yang hanya kujawab dengan anggukan kecil. “Itu masih buku sama dengan yang dulu kamu bawa kemanapun?”

Sekali lagi, hanya anggukan kecil yang kuberikan.

“Buku yang sejak dulu tak pernah mau kamu perlihatkan padaku?”

Ya, kamu benar, aku membatin. “Ya, dan tetap tak akan kuperlihatkan padamu,” ucapku dengan sedikit candaan.

Rega hanya tersenyum mendengarnya. Lalu aku dan Nura melanjutkan langkah sebab sudah ada famu lain yang ingin bersalaman dengan kedua mempelai.

“Kamu baik-baik saja, Raya?” tanya Nura sedikit khawatir saat melihat aku termenung sendiri.

“Ya, aku baik-baik saja. Berdua tidak selamanya genap, dan sendiri tidak selamanya ganjil,” ucapku pada Nura yang kebingungan. Aku mendekap erat buku gambarku. Buku di mana penuh dengan sketsa wajah Rega. Sebab kenangan hanya indah untuk dikenang, bukan untuk diulangi. Aku teringat perkataan salah satu teman kerjaku. Dan aku harus mengamini kata-kata itu.