Kamis, 06 September 2012

Pergilah

"Kenangan hanya untuk dikenang, bukan untuk diulangi," ucapku dingin pada perempuan dihadapanku. Perempuan yang dulu begitu kucintai dan kusayangi. Ucapannya tadi membuat sebagian hatiku senang, namun juga sedih dan bertanya-tanya benarkah hal itu yang dirasakannya saat ini.

"Aku masih sayang kamu. Aku tahu kamu masih kecewa denganku, tapi sejujurnya aku masih mencintai kamu juga.," ucap Hani kepadaku.

Terbayang kembali olehku tentang kejadian beberapa bulan yang lalu. Pengkhianatan yang dilakukannya masih sangat membekas diingatanku. Bagaimana aku melihat Hani sedang berciuman dengan lelaki lain. Hatiku pedih, saat membayangkan peristiwa itu kembali.

"Pergilah, tak ada lagi yang terisisa untukmu. Cintaku padamu sudah tak ada," ucapku berbohong. Di dalam hati aku menanggung getir yang kurasakan.

Maafkan Aku Bila Kau Terluka

Kamu boleh menyebutku jahat. Menyebutku lelaki yang tak berperasaan. Namun percayalah bahwa perpisahan ini adalah yang terbaik bagi kita, bagi hatimu dan hatiku.

Ketika cinta tak lagi terasa, maka hanya ada luka yang tertuai. Aku tak mengatakan bahwa aku tak lagi mencintaimu, hanya saja cinta itu tak lagi sama. Sebab aku masih mencintaimu, aku tak ingin cintaku ini melukaimu; melukai harapanmu yang tak lagi sama dengan harapanku.

"Aku tak memintamu untuk memaafkanku." Suaraku terdengar samar dengan rintikan hujan. Kubelai lembut rambutmu yang sudah basah. "Hanya saja, aku pikir ini waktu yang tepat untuk kita berpisah." Kubelai pelan wajahnya yang sudah sembab oleh hujan yang mengalir dari kedua bola matanya.

Sore ini, aku menjadi lelaki terjahat yang membiarkan airmata menghujani wajah seorang wanita. "Maafkan aku bila ini melukai hatimu," ucapku berbisik seraya meninggalkan kekasihku. Aku mengigit bibir bawahku, menahan getir yang timbul di sana.